Pandu, Sosok Guru Anak-anak Tak Mampu
Pandu saat belajar bersama Tari Tradisional OB Anggen Papua

Petranesian alumni bernama Pandu Wiguno Tresno telah mengajar mulai dari Lombok hingga Papua. Kini ia mengajar di Surabaya, khususnya di daerah Surabaya Barat, di sebuah sekolah gratis bagi masyarakat pra sejahtera.

 

A group of children sitting on a green floor

Description automatically generated

Pandu saat menjadi relawan di desa Bagek Dadaq, Lombok

 

“Guru itu salah satu orang yang mempunyai peranan besar bagi orang lain untuk menggapai mimpinya.”

Semangat yang terus menyala, tak padam dalam diri Pandu Wiguno Tresno memberinya kekuatan untuk berkarya sebagai guru. Cita-cita Pandu yang menempuh pendidikan di Elementary Teacher Education atau PGSD PCU (Petra Christian University) angkatan 2017 ini tumbuh sejak SMA. Melewati beragam rangkaian proses pembelajaran hingga kegiatan kemahasiswaan, ia ditempa.

Perjalanan pria yang hobi memasak ini sangat seru selama kuliah. Salah satunya kala itu dengan menjadi relawan pada bencana gempa bumi yang berlangsung di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, pada tahun 2018, tepatnya di Dusun Lenek. Selama seminggu, ia mengajar di kelas untuk anak-anak yang terdampak. Dalam sehari, ia harus mengajar di empat desa yang berbeda mulai pagi hingga sore. Tak hanya itu, Pandu juga ikut andil dalam melakukan pemulihan mental dan trauma anak-anak yang terdampak bencana ini. Di hari terakhir saat hendak meninggalkan desa, anak-anak yang menjadi muridnya melepas kepergian Pandu dengan penuh haru. Bahkan, mereka mengejar mobil yang ditumpanginya sambil melambaikan tangan sampai 500-meter jauhnya.  

Tiga tahun kemudian, di bulan Januari 2021, Pandu menjajaki panggilan barunya untuk melayani di Papua, Bumi Cendrawasih. OB Anggen School menjadi tempatnya berlabuh. Pemuda ini melayani di empat cabang sekolah tersebut yang berada di Kabupaten Tolikara hingga Mamberamo Tengah. Di sana, Pandu mengajar sekitar 300 anak-anak, para calon penerus bangsa, dan menghadapi tantangan demi tantangan.

“Bisa dibilang di sana hampir tak terjamah modernisasi. Tidak ada listrik dan tidak ada sinyal,” kata Pandu. Tapi tekadnya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa jauh lebih kuat. Dua tahun Pandu memberi terang di sana. Kini ia kembali ke Surabaya.

“Saya rindu untuk melayani anak-anak miskin di kota-kota besar, di mana mereka sering kali mendapatkan diskriminasi dari orang di sekitar mereka. Padahal anak-anak ini juga punya mimpi yang tak kalah tinggi. Saya rindu menjadi bagian dalam proses menggapai mimpi mereka,” ujar pria kelahiran tahun 1999 itu.

Sejak Juni 2023, ia mengajar di SDTK Pelita Permai di Surabaya Barat. Sekolah yang didirikan oleh Liana Christanti itu merupakan sekolah gratis bagi masyarakat pra sejahtera, khususnya di daerah Surabaya Barat.

Pandu kini menjadi guru kelas 4 SD yang mengajar Tematik dan Matematika sekaligus menjadi wali kelas. Tak hanya itu, Pandu juga memberikan bimbingan belajar gratis untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. “Panggilan melayani anak-anak kurang mampu akan terus saya jalani. Bahkan saat ini, saya masih terus mencari lembaga-lembaga pelayanan anak-anak kurang mampu, supaya makin banyak anak-anak yang bisa saya jangkau,” tutup Pandu ketika ditanya mengenai rencananya ke depan. 

Sekilas tentang Petra Christian University (PCU), sebuah universitas swasta yang berdiri sejak tahun 1961 bertempat di Surabaya, Indonesia. PCU memiliki fakultas-fakultas yang terkemuka di bidang pendidikan, teknologi, konstruksi, bisnis, dan industri kreatif.